Begitu
beragamnya manusia jadi-jadian di bumi ini. Mulai dari manusia harimau atau
manusia beruang di kawasan Asia, manusia hyena yang hidup di Afrika, manusia
anjing hutan coyote diburu di Amerika Tengah, sedangkan manusia kadal berkeliaran
di Selandia baru. Sama halnya dengan mitos babi ngepet atau leak dalam sebagian
masyarakat kita, atau orang Barat yang memfiksikannya dalam film semisal An
American Werewolf in London (1981) dan Wolf (1994) yang diperani Jack
Nicholson.
Ternyata
semua binatang jadi-jadian itu memiliki karakter serupa. Misalnya, perubahan di
malam hari, menularkan kemampuan berubah bentuk melalui tetesan darah dalam
gigitan, luka yang terjadi dalam bentuk binatang juga muncul dalam ujud
manusia, atau binatang jadi-jadian yang mati segera kembali berubah jadi
manusia.
Werewolf
di dalam Literatur Kuno
Herodotus, sejarawan Yunani dari abad V SM, mengatakan pada + 2.400 tahun lalu, bahwa penduduk di daerah yang sekarang bernama Lithuania dan Polandia, mengaku berubah menjadi manusia serigala selama beberapa hari dalam setahun.Herodotus,
dalam bukunya yang berjudul Histories pernah menulis mengenai Neuri, sebuah
suku yang berdiam di timur laut Scythia (dekat Ukrainia) yang penduduknya
berubah menjadi serigala setiap sembilan tahun.
Dalam
mitologi Yunani kuno, raja Arcadia yang bernama Lycaon disebut diubah menjadi
serigala oleh dewa Zeus akibat mengorbankan dan memakan daging anaknya sendiri.
Nama Lycaon kemudian menurunkan kata Lycanthropy yang kita kenal sekarang ini.
Cendikiawan
Roma, Pliny the Elder, juga pernah bercerita mengenai seorang pria yang berubah
menjadi serigala setelah memakan isi perut seorang anak kecil.Lalu,
pada tahun 60 Masehi, Gaius Petronius menulis dalam bukunya mengenai Niceros
yang menyaksikan temannya berubah menjadi serigala. Niceros bercerita:
"Ketika
aku mencari sahabatku, aku menemukannya sedang melepas seluruh pakaiannya dan
menaruhnya di pinggir jalan...lalu, ia kencing sambil membentuk lingkaran
dengan urinnya di sekeliling pakaian yang tergeletak. Tiba-tiba, ia berubah
menjadi serigala. Setelah itu, ia mulai melolong dan berlari masuk ke
hutan."
Walaupun
lebih banyak ditemukan di Eropa, kisah mengenai werewolf juga bisa ditemukan di
wilayah di luar Eropa.Di
kalangan suku Indian Amerika, makhluk serupa dikenal dengan nama Skin Walker.
Di Turki disebut Turkadam, sedangkan di Amerika tengah dikenal dengan nama
Nagual. Percaya atau tidak, di Eropa dan Amerika, Leak Bali dianggap sebagai
Werewolfnya Indonesia.
Karakteristik
Werewolf
Menurut
legenda, pada saat bulan purnama, seorang manusia, dalam kondisi tertentu akan
berubah menjadi serigala. Tubuhnya akan menjadi tinggi dan kuat. Matanya
bersinar terang seperti hewan pada umumnya dan alisnya yang lebat akan bertemu
di tengah. Mulutnya terlihat selalu kering, seperti orang yang kehausan.
Kulitnya
kasar dan ditumbuhi bulu yang lebat. Telinganya berubah menjadi lancip seperti
anjing dengan gelambir yang menggantung di lehernya. Bedanya dengan serigala,
werewolf tidak memiliki ekor.
Salah
satu metode untuk mengidentifikasi werewolf dalam rupanya sebagai manusia
adalah dengan melukai tubuhnya. Jika ia adalah werewolf, maka di bagian tubuh
yang terluka akan terlihat adanya bulu seperti serigala.Cara
lainnya, menurut legenda Rusia, seorang werewolf dapat dikenali dengan adanya
bulu di bawah lidahnya.Walaupun
dalam film-film Holywood disebutkan kalau werewolf bisa dibunuh dengan peluru
perak, karakteristik ini tidak bisa ditemukan di dalam legenda.
Bagaimana
cara berubah menjadi Werewolf
Di
Italia, Perancis dan Jerman, disebutkan kalau seseorang dapat berubah menjadi
werewolf dengan cara tidur di luar rumah pada saat bulan purnama musim semi
yang jatuh pada hari rabu atau jumat tertentu.Lalu,
ada juga yang percaya kalau seseorang bisa berubah menjadi werewolf karena
digigit oleh werewolf lain. Ini membuatnya menjadi sama seperti legenda
Vampire. Ada lagi yang percaya kalau seseorang bisa berubah menjadi werewolf
karena dikutuk.Tetapi,
kebanyakan legenda percaya kalau transfigurasi seorang manusia menjadi werewolf
terutama diakibatkan oleh kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas satanic
atau sihir.
Pandangan
ini meluas pada abad pertengahan di Eropa yang diiringi dengan perburuan
werewolf, vampire dan penyihir. Di Perancis sendiri, antara tahun 1520 hingga
tahun 1630, ada sekitar 30.000 orang yang ditangkap karena dianggap sebagai
werewolf. Kebanyakan dari tersangka ini kemudian menjalani penyiksaan dan
interogasi yang keji hingga tewas.Walaupun
sering dianggap sebagai aktifitas satanic, ada sebuah kisah yang cukup
membingungkan.
Pada
tahun 1692, seorang pria berusia 80 tahun yang bernama Thiess dari Livonia
memberikan kesaksian di bawah sumpah kalau ia dan beberapa teman lainnya adalah
werewolf yang disebutnya sebagai "Anjing pemburu Tuhan".Ia
mengklaim kalau mereka adalah perajurit yang diutus Tuhan untuk memburu para
penyembah setan dan para penyihir. Thiess juga mengatakan kalau kelompok
werewolf seperti dia juga terdapat di Rusia dan Jerman.Kesaksian
Thiess dianggap sebagai penghujatan terhadap Tuhan dan ia dihukum 10 kali
cambukan karenanya.
Werewolf
dan Vampire
Bagaimana
hubungan antara werewolf dan vampire? Kita melihat mereka bermusuhan seperti di
film underworld, apakah benar seperti itu?
Sepertinya
tidak. Pada abad pertengahan, di Eropa berkembang kepercayaan kalau jasad
mereka yang dibunuh karena dianggap werewolf harus dikremasi. Jika tidak, maka
jasad itu akan bangkit dari kubur sebagai Vampire.Ini
mengindikasikan kalau masyarakat waktu itu percaya werewolf dan vampire adalah
satu oknum.Di
Serbia, Bulgaria dan Slovakia, Vampire dan Werewolf juga dianggap sebagai
makhluk yang sama yang dikenal dengan nama Vulkodlak.
Penampakan
Signifikan
Salah
satu alasan mengapa kisah mengenai werewolf bisa bertahan selama ribuan tahun
adalah akibat banyaknya laporan penampakan yang terjadi selama rentang waktu
itu.Misalnya,
tahun 1790. Dua orang pengembara sedang berada di Wales Utara ketika seekor
hewan besar menyerang kuda mereka. Satu kuda mati terbunuh. Peristiwa ini
terjadi saat bulan purnama terlihat di atas langit. Banyak yang percaya kalau
makhluk yang menyerang mereka adalah seekor werewolf.
Lebih
dari 200 tahun setelah peristiwa itu, tepatnya di tahun 1992, juga di Wales,
surat kabar lokal memberitakan mengenai makhluk aneh sebesar beruang yang
terlihat berkeliaran di tempat itu. Seorang petani sempat melihat makhluk itu
saat bulan purnama dan ia menemukan dua ekor dombanya sudah mati. Sebagian
orang juga percaya kalau makhluk itu adalah seekor werewolf.
Legenda
Beast of Gevaudan yang meneror Perancis tahun 1760an juga sering dianggap
sebagai kasus klasik Werewolf.Saksi mata yang melihat makhluk itumendeskripsikannya sebagai makhluk yang
mirip dengan anjing atau serigala.Beast
of Gevaudan tercatat melakukan 11 kali penyerangan dimana kebanyakan korbannya
adalah wanita dan anak-anak. Para korban tewas ditemukan dengan tubuh
termutilasi dan menunjukkan tanda-tanda dimangsa.Militer
Perancis sampai mengerahkan pasukan untuk memburu makhluk itu. Namun, tidak
membawa hasil.
Dari
antara semua penampakan modern mengenai werewolf, mungkin penampakan yang
paling luar biasa adalah apa yang dialami oleh Mrs.Delburt Gregg dari Texas.
Pada
suatu malam di tahun 1958, Mrs.Gregg sedang sendirian di kamarnya ketika ia
mendengar suara seperti menggaruk di jendelanya. Sekilas, ia bisa melihat
adanya seekor makhluk besar berbulu seperti serigala yang sedang menatapnya
dengan mata bersinar. Mrs.Gregg juga bisa melihat gigi taringnya yang putih.Menyadari
kehadirannya telah diketahui, makhluk itu kemudian segera berlari masuk ke
dalam semak-semak.
Mrs.Gregg
bercerita:
"Setelah
beberapa saat, aku menyaksikan satu sosok keluar dari semak-semak. Tetapi, aku
tidak melihat adanya serigala berbulu lebat. Figur yang terlihat keluar adalah
seorang pria yang sangat tinggi yang kemudian berjalan terburu-buru hingga
menghilang di kegelapan malam."
Penampakan
Mrs.Gregg sangat sesuai dengan gambaran werewolf versi Holywood.Kalau
begitu, apakah benar ada makhluk werewolf seperti yang digambarkan oleh
film-film Holywood?
Penjelasan
Alternatif
Sepertinya
sulit mengabaikan keberadaan makhluk ini. Jika werewolf hanyalah sebuah cerita
rakyat, dongeng atau rekaan Holywood, mengapa kisah penampakan makhluk ini bisa
tersebar ke seluruh dunia sejak ribuan tahun yang lalu?Jika
kisah werewolf baru muncul beberapa puluh tahun belakangan, mungkin kita bisa
berargumen kalau televisi dan media yang telah menyebarkannya. Tetapi,
sepertinya setiap wilayah di dunia, punya kisah werewolfnya masing-masing.
Jadi,
apakah makhluk yang disebut werewolf benar-benar ada?ada baiknya kita melihat beberapa teori alternatif yang
berusaha menjelaskan mengenai makhlu beberapa diantaranya:
Halusinasi
Penulis
pertama yang mengkaitkan antara werewolf dengan penyakit adalah Marcellus
Sidetes (abad 2 Masehi), seorang Yunani yang tinggal di Turki dan menulis buku
mengenai pengobatan.Ia
menyebutkan kalau ada kasus dimana seseorang mengalami perasaan yang
menuntunnya untuk percaya kalau ia adalah serigala yang kemudian membuat orang
tersebut berkeliaran di pemakaman.
Argumen
Sidetes kemudian dikonfirmasi oleh sains modern yang mendukung adanya
kemungkinan ini. Salah satunya adalah keracunan ergot (sekumpulan jamur genus
Claviceps). Mereka yang keracunan jamur jenis ini bisa mengalami halusinasi
yang cukup parah dan bisa menganggap diri mereka sebagai hewan, atau merasa
sedang diserang oleh hewan. Ergot mengandung bahan serupa materi mentah untuk membuat LSD.Halusinasi akibat ergot banyak terjadi di Eropa pada abad pertengahan. Itu tak lain karena masyarakat kebanyakan hanya bisa mengkonsumsi biji gandum yang terkontaminasi, sementara gandum bersih disimpan hanya untuk bangsawan. Maka, tanpa pengalaman atau ilmu sihir, bila memakan biji-bijian itu orang bisa merasa jadi katak atau serigala.
Satu kisah tragis terjadi tahun 1951 di Pont St Esprit di Rhone Valley, dengan korban keracunan ergot +300 orang. Lima orang mati, sedangkan kebanyakan cacat seumur hidup. Mereka yang cacat mengaku, telah mengalami halusinasi mengerikan. Ada pria yang merasa seolah-olah otaknya dilahap segerombolan ular merah. Ada pula yang sanggup membebaskan diri dari jaket pengikat orang gila sampai 7x, rontok giginya karena menggigit putus tali pengikat dari kulit yang membelenggunya, dan mampu membengkokkan dua batang teralis besi di jendela rumah sakit! Alasannya, pria itu merasa dikejar-kejar harimau.
Salah
satu kasus terburuk keracunan Ergot terjadi pada tahun 1951 di kota Pont
St.Espri di Perancis. Sekitar 135 orang masuk rumah sakit dan 6 diantaranya
meninggal dunia. Kasus ini terjadi akibat para penduduk memakan roti yang telah
terinfeksi ergot. Jamur ini telah membuat mereka mengalami halusinasi yang
membuat mereka percaya kalau harimau dan ular sedang menyerang mereka.
Hypertrichosis
(Werewolf Syndrome)
Jika
werewolf hanya didefinisikan sebagai manusia berbulu lebat seperti serigala,
maka sepertinya kita telah mendapatkan penjelasannya lewat kelainan yang
disebut Hypertrichosis, kadang disebut werewolf syndrome.Mereka
yang menderita kelainan ini mengalami pertumbuhan rambut di tubuh dalam jumlah
yang tidak wajar. Ada yang mengalami kelainan ini sejak lahir dan ada pula yang
mengalaminya karena faktor eksternal seperti efek samping pengobatan.Untuk
yang mendapatkannya sejak lahir, belum ditemukan pengobatan yang bisa
menyembuhkannya. Yang bisa dilakukan hanyalah mencukur rambut dengan teratur.
Kasus
Hypertrichosis bawaan dari lahir boleh dibilang sangat langka karena sejak abad
pertengahan hanya ada 50 kasus yang tercatat.Tetapi,
masalahnya, penderita Hypertrichosis tidak pernah berubah dari manusia menjadi
serigala dan sebaliknya. Jadi, penjelasan ini pun sepertinya tidak sesuai
dengan legenda werewolf.
Pada abad 1 SM Virgil sebagai penulis Latin yang pertama kali menyebut-nyebut
soal takhayul ini, kemudian diikuti oleh Propertius, Servius, dan Petronius.
Petronius yang kepala urusan hiburan zaman pemerintahan Kaisar Nero (54 – 68)
bertutur tentang manusia serigala dalam bentuk sastra roman Satyricon. Dengan
bumbu terang bulan, pekuburan, dan luka abadi setelah kembali jadi manusia,
membuat roman itu sebagai bacaan hiburan.
Sebagian
tradisi Roma dan Yunani menganggap manusia berubah jadi serigala sebagai
hukuman dewa, karena ia telah mempersembahkan korban berupa manusia, ujar Pliny
(61 – 113).
Meski
baru abad XVIII kisah tentang manusia serigala diterbitkan, bukan berarti orang
berkurang minat terhadap manusia serigala. Justru kepercayaan itu demikian
kuat, bahkan sering diterima sebagai kebenaran, bukan fiksi.
Menurut
kepercayaan lama ada tiga macam manusia serigala. Pertama, yang memperolah
kemampuan itu melalui keturunan. Konon, kutukan terhadap nenek moyang
menjadikan setiap keturunannya menjadi manusia serigala. Kedua, orang yang
dengan sukarela jadi serigala dengan alasan dan tujuan jahat. Sedangkan yang
terakhir adalah manusia serigala berhati lembut dan baik. Kondisinya yang tidak
lazim, malah membuatnya merasa malu.
Sebenarnya,
transformasi sering dilakukan oleh dukun-dukun suku tertentu dengan tujuan baik
untuk mengatasi masalah di kelompoknya. Saat langka makanan, misalnya, si dukun
bisa saja berubah ujud menjadi binatang jadi-jadian serupa makhluk yang akan
diburu, supaya lebih mudah melacak buruan itu.Ada
juga yang tidak berubah ujud tetapi meminjam tubuh binatang untuk memata-matai,
menyantet, atau sekadar menakut-nakuti musuh.
Berjubah
kulit serigala
Ada sebuah peristiwa mengerikan terjadi di kota Bedburg, Jerman, pada tahun 1591. Suatu hari, sekelompok penduduk berhasil mengepung seekor serigala yang masuk ke desa. Lalu mereka mulai menyerang serigala itu dengan kayu. Anehnya, serigala itu tidak berusaha untuk lari atau melawan.
Tiba-tiba, para penduduk melihat hewan itu berdiri dan makhluk yang dianggap sebagai serigala itu ternyata adalah seorang pria paruh baya yang mengenakan kulit serigala. Mereka mengenalinya sebagai Peter Stubbe, salah satu penduduk Bedburg juga.
Para penduduk lalu membawanya ke desa dan mulai menginterogasinya. Stubbe mengakui kalau ia telah membunuh 16 orang, termasuk 2 perempuan hamil dan 13 anak-anak.
Lalu, ia mulai bercerita lebih jauh.
Pada usia 12 tahun, Stubbe sudah tertarik dengan ilmu sihir dan mulai mempelajarinya. Bertahun-tahun kemudian, ia semakin serius mempelajarinya dan bahkan ia memulai perjanjian dengan setan. Tidak butuh waktu lama, Stubbe mulai dipenuhi dengan angan-angan untuk membunuh. Ketika mengincar mangsanya, Ia akan bersembunyi di hutan sambil menyamar menjadi serigala.
Pembunuhan yang dilakukan oleh Stubbe terbilang cukup sadis. Ia biasa merobek tenggorokan korbannya dan menghisap darahnya. Secara perlahan, keinginannya akan darah menjadi tidak tertahankan sehingga ia terus membunuh untuk memuaskannya. Dalam banyak kesempatan Stubbe bahkan memakan daging korbannya.Yang paling mengerikan dari kejahatan Stubbe adalah kejahatan yang dilakukannya terhadap anaknya sendiri.Suatu hari, Ia membawa anak laki-lakinya yang masih kecil ke hutan, memecahkan tengkoraknya dan memakan otaknya.
Peter Stubbe tercatat sebagai salah satu pembunuh berantai paling sadis di dalam sejarah dunia. Kejahatan yang dilakukannya begitu mengerikan sehingga pengadilan memutuskan untuk menghukum matinya dengan cara yang tak kalah sadis. Tubuhnya diikat di sebuah roda, lalu, daging tubuhnya dicabik-cabik dengan besi panas. Kaki dan tangannya kemudian dipatahkan dan akhirnya ia dipenggal. Sisa mayatnya lalu dibakar menjadi abu.
Peristiwa pembunuhan Peter Stubbe terjadi pada abad pertengahan dimana Eropa sedang berada pada masa dimana tahayul merajalela. Bisa jadi kisah ini tersebar luas dan menimbulkan rumor mengenai adanya makhluk jadi-jadian bernama Werewolf.
Kasus
manusia serigala yang mencolok terjadi di Prancis, awal abad XVII. Adalah Jean
Grenier (13) yang merasa yakin dirinya manusia serigala. Di pengadilan
Bordeaux, Grenier mengaku, 2 tahun sebelumnya membuat perjanjian dengan setan
di hutan. Dengan kulit serigala yang menurut pengakuannya pemberian setan, tiap
malam ia bisa berkeliaran sebagai serigala, namun di siang hari kembali ke
bentuk manusia. Ia telah membunuh dan memangsa beberapa anak kecil yang
sendirian di ladang, juga menculik bayi yang ditinggal di rumah.
Sejauh
menyangkut perilaku kanibalisme, penyelidikan menunjukkan kebenaran
pengakuannya. Namun dari sudut kedokteran, remaja ini digolongkan penderita
lycanthropy. Kelainan jiwa ini menyebabkannya berkhayal tubuhnya berubah bentuk
menjadi hewan. Menilik usianya yang masih belia, Grenier cuma dihukum kurungan
seumur hidup di Biara Fransiskan, Bordeaux.
Perubahan
Grenier dengan menyamar di bawah kulit serigala serupa dengan cara transformasi
manusia beruang di Skandinavia yang menggunakan kulit beruang. Selain kulit
binatang, konon ada alat lain, yaitu korset. Ada yang terbuat dari kulit asli
binatang, ada yang dari kulit manusia yang dihukum gantung. Dua alat itu banyak
dipakai di Prancis, Jerman, Skandinavia, dan beberapa negara Eropa Timur.
“Benda sakti” lainnya adalah salep khusus berisi ramuan dari kelompok tanaman
solanaceae yang membangkitkan halusinasi.
Selain
itu ada lagi alat dan cara untuk bertransformasi yang berupa jimat, ramuan, dan
mantera pemujaan pada iblis. Khusus pemakaian jimat, justru orang di sekitar si
pemakai yang terpengaruh seakan melihat manusia serigala, padahal si pelaku
tidak berubah. Di luar saat bulan purnama, perubahan sering terjadi spontan dan
lepas dari kendali pelakunya.
Penampilan
si pelaku yang menakutkan, tindak kejahatannya yang mengerikan, dan terutama
karena kengerian terhadap kekuatan setan, membuat manusia serigala jadi obyek
yang harus diburu dan dimusnahkan. Penghukuman terhadap mereka terjadi di
hampir sepanjang sejarah di Eropa. Malah pelaku kejahatan apa pun dengan
mudahnya dapat dijuluki manusia serigala.
Pembunuhan
massal sering disebut akibat kejahatan serigala. Seperti yang menimpa Peter
Stubbe di tahun 1590 (ada yang menyebut Peter Stump di tahun 1589) dari
Bedburg, dekat Cologne. Ia dituduh sebagai serigala yang kanibal setidaknya pada
2 pria, 2 wanita hamil, dan 13 kanak-kanak, dan inses dengan adik perempuannya.Hukuman
yang diterimanya luar biasa. Setelah dicabik-cabik dengan penjepit, dilindas
roda, dipancung, akhirnya tubuh tanpa kepala itu dibakar. Hukuman bakar
hidup-hidup juga diberlakukan untuk gundik dan anak perempuannya.
Di
Prancis dan Jerman, manusia serigala biasanya memang dibakar atau digantung.
Seperti yang terjadi terhadap lebih dari 200 laki-laki dan perempuan Pirenea
(antara Prancis dan Spanyol) di seputar abad XVI, karena diduga manusia
serigala.
Menurut
Elton B. McNeil dalam The Psychoses (1970), demam berburu manusia serigala bisa
disamakan dengan perburuan terhadap penyihir. Secara kejiwaan mereka yakin,
orang akan diberkati bila mampu menangkap pelayan atau sekutu iblis.Tak
heran, saat itu di Prancis banyak ditemukan manusia serigala kagetan. Dalam
satu periode – antara 1520 – 1630 – di Prancis tercatat 30.000 kasus manusia
serigala.
Ada
beberapa patokan untuk menentukan apakah seekor serigala jadi-jadian atau
tidak. Konon, manusia serigala akan mempertahankan suara dan mata manusianya.
Sedangkan menurut suku Indian, yang berubah jadi serigala hanya bagian kepala,
tangan, dan kaki.
Dalam
ujud manusia, ada beberapa ciri khas yang membedakannya dengan manusia biasa.
Dua ujung alisnya saling bertemu di tengah, jari-jari tangannya yang panjang
agak kemerahan, dengan jari tengah yang sangat panjang. Selain telinganya agak
ke bawah dan sedikit ke belakang, tangan dan kakinya cenderung berbulu lebat.
Rasa
takut terhadap manusia serigala lebih mudah dipahami dengan mengetahui alasan
takut terhadap serigala. Sebelum abad XX di Eropa dan Asia Utara, serigala
dianggap binatang paling cerdik yang berbahaya bagi manusia dan ternak. Apalagi
bila serigala itu gila. Cukup sekali gigit korbannya bisa tewas mengerikan.
Sampai-sampai ada institusi pemerintah Prancis yang khusus mengontrol serigala,
paling tidak sejak pemerintahan Charlemagne (768 – 814), hingga abad ini.
Di
Eropa pada abad pertengahan, serigala terkadang digantung bersebelahan dengan
pelaku kejahatan di tiang gantungan, sebagai simbol ditaklukkannya kejahatan.
Serigala pernah jadi masalah serius Irlandia abad XVII, sehingga sepotong
kepala serigala sama nilai hadiahnya dengan kepala pemberontak.
Pendapat lain menduga manusia serigala adalah akibat persepsi keliru terhadap penyakit keturunan congenital porphyria. Menurut dr. Lee Illis dari Guy Hospital, London, pengidapnya amat tak tahan terhadap cahaya (karena itu mereka hanya bisa keluar malam hari), giginya berwarna merah atau coklat kemerahan, dan menunjukkan gejala gangguan jiwa (dari histeris ringan hingga depresi maniak). Borok lambat laun mengubah bentuk tangan mereka menjadi serupa cakar.
Namun, pendapat ini disanggah cendekiawan Almotarus, yang menjelaskan manusia serigala dalam bentuk manusia memiliki ciri khusus berupa mata cekung dan kering, serta kulit pucat. Selain itu luka pada kulit penderita jauh berbeda dengan kulit serigala.
Roh jahat dalam perjalanan astral
Pemahaman terhadap manusia serigala memasuki era baru menyusul keputusan terhadap Jean Grenier. Hakim-hakim di masa itu tidak mungkin lagi mengabaikan “koor” pendapat para dokter, yang yakin manusia serigala sebenarnya adalah penderita berbagai jenis dan tingkatan gangguan jiwa. Meski dokter Alfonso Ponce de Santa dari Spanyol masih menyebutnya sebagai gejala kemurungan jiwa akibat cairan tertentu yang dihasilkan empedu, yang diduganya telah menyerang otak.Maka dibedakan antara makhluk mitos manusia serigala dan penderita kejiwaan (lycanthrope).
Lycanthropy berakar dari kata Yunani lycos artinya serigala dan anthropos atau manusia. Meski ada yang menyebut secara berbeda. Robert Burton dalam buku pengobatan klasik The Anatomy of Melancholy (1621) misalnya, menggunakan istilah kegilaan terhadap serigala.
Mula-mula lycanthrope dipakai untuk menggambarkan fenomena kuno berupa kemampuan orang bermetamorfosis jadi binatang. Namun lama-lama istilah itu diaplikasikan khusus untuk orang yang di alam subnormal yakin mampu berubah bentuk. Keyakinan itu dikuatkan dengan dorongan bersikap sadis dan obsesi terhadap darah dan daging yang terus bertahan dari waktu ke waktu di berbagai tempat – bahkan di negara beradab. Selera terhadap daging manusia itulah yang mengubah manusia menjadi monster. Namun secara nyata penderita lycanthrope tidak pernah berubah bentuk, suara, dan perilaku menjadi serigala.
Mengenai penampilannya yang tetap manusia, pada abad XV – XVI penderita lycanthrope berkilah, bahwa bulu-bulu mereka tumbuh di bawah kulit. Seperti yang terjadi di Padua, Spanyol, tahun 1541, ketika seorang petani dengan keji membunuh dan mengoyak-ngoyak tubuh beberapa orang korbannya. Saat tertangkap, ia mengaku sebagai serigala meski secara fisik tidak berujud binatang. Itu tak lain karena bulu-bulunya tersembunyi di bawah, bukan di atas, kulit. Untuk membuktikan ucapannya, penduduk segera memotong lengan dan kakinya. Alhasil, kecewa yang didapat, yang ada cuma darah, otot, dan tulang biasa.
Malahan dalam buku klasik tentang sadisme, masokisme, dan lycanthropy Man into Wolf, antropolog Inggris Dr. Robert Eisler menyebut kemungkinan Adolf Hitler sebagai penderita lycanthropy. Ia merujuk pada kesaksian bagaimana sang Fuhrer memiliki kebiasaan menggigit karpet saat mengamuk.Sedangkan manusia serigala adalah orang yang dengan kekuatan sihir atau mantera khusus dipercaya mampu mengubah diri menjadi serigala. Ia benar-benar serupa serigala baik keganasan, kekuatan, kelicikan, dan kecepatan larinya. Ia bisa bertahan dalam kondisi itu selama beberapa jam saja atau bahkan permanen.
Pendapat yang menguatkan keberadaan manusia serigala didukung oleh spiritualis Rose Gladden dengan dasar pemikiran perjalanan astral. “Katakanlah ada orang yang pada dasarnya jahat, suka dengan hal-hal yang mengerikan. Saat ia melakukan perjalanan astral, roh jahat yang banyak berkeliaran bebas di udara akan menangkap, mengubahnya menjadi serigala atau binatang lainnya, dan memanfaatkannya untuk tujuan keji.”
Dorongan bebas nilai
Lain lagi pendapat paranormal terkemuka Prancis pada abad XIX Eliphas Levi, bahwa proses transformasi itu adalah suatu manifestasi simpati manusia terhadap naluri kebinatangannya. Menurutnya, manusia serigala tidak lebih dari tubuh nonfisik dan naluri ganas berbentuk serigala.Senada dengan itu, John Godwin, penulis Unsolved: The World of the Unknown, lebih menyoroti dorongan dalam diri manusia. Jujur saja, sebenarnya manusia memiliki sifat buruk serupa serigala yang selama ini ditekan untuk tidak muncul. “Dengan berubah, mereka bebas dari ujud fisik manusianya yang mengalangi mewujudkan dorongan dan keinginan kuat tanpa perlu merasa bersalah atau takut. Dalam ujud binatang, tidak ada lagi tabu yang harus dijaga. Karena binatang memang tidak mengenal tabu.”
Sedangkan James VI dari Skotlandia dalam Daemonologie (1597), melihat penyebabnya adalah segunung masalah yang dihadapi manusia mulai dari bencana alam dan cuaca buruk, gagal panen, serangan hama, dan kejahatan yang meningkat. Semua itu perlu seseorang atau sesuatu untuk disalahkan. Gampangnya, serigala dijadikan kambing hitam. Selain itu adalah ketidaksiapan penduduk untuk melepaskan kepercayaan atas makhluk sejenis itu membuat manusia serigala terus eksis dalam waktu lama.
Richard Carrington, penulis Mermaids and Mastodon menyamakan alasan di balik kepercayaan akan manusia serigala dengan kepercayaan primitif, bahwa monster sebenarnya bentuk yang diciptakan manusia sendiri, untuk mengkompensasikan posisinya sendiri yang demikian kecil di alam semesta.
Saat peradaban makin maju, mitos binatang menakutkan pun lenyap. Contohnya, suku Indian Sioux di Dakota Utara, AS, yang dulu percaya akan adanya binatang pemangsa manusia. Tapi, keturunannya di abad ini melupakan mitos itu. Menurut mereka, takhayul itu lahir akibat rasa takut terhadap mastodon yang berkeliaran di dataran Dakota.
Pendapat manusia serigala hanya takhayul belum mencapai kata putus. Jika benar itu sekadar ciptaan manusia, mengapa kisah itu bertahan sekian lama?.
No comments:
Post a Comment